seiring berkembangnya tekhnologi dan pembangunan dunia yang sangat pesat dan makin berkurangnya minat orang dalam bercocok tanam membuat bidang pertanian semakin ditinggalkan, bertani dianggap sebagai pekerjaan yang melelahkan dan tidak bergengsi.
Untuk ini saya ingin sedikit berbagi dan memberikan sedikit gambaran bahwasanya bertani itu merupakan pekerjaan yang mulia, selain bisa mendapatkan hasil kita juga ikut andil dalam pelestarian alam dan ikut menyumbang o2 yang berguna untuk kelangsungan hidup manusia.
Efek dari perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang pesat adalah dari pembukaannya lahan hutan dan pembangunan gedung pencakar langit yang banyak mengorbankan puluhan sampai ratusan jenis tanaman bahkan ribuan jenis g tau lah nyampe ribuan ap g.... hahahaha
Bayangkan yang dulunya dunia punya hutan dan alam yang begitu hijau tahun ketahun semakin berkurang dan jumlah manusia setiap tahun terus bertambah. Belum lagi dari tingkah laku beberapa orang yang suka seenaknya membuang sampah sembarangan, pencemaran lingkungan dan lain sebagainya. Kalo tidak kita mulai dari sekarang kapan lagi kita mau merawat bumi kita Cuma ada satu-satunya ini yang tiap tahunnya sudah kita rusak bersama. Kalo sudah rusak kita mau tinggal dimana ? mars ? pluto ? emang bisa ? untuk itu mari kita coba mulai dari hal yang kecil, jaga alam dan budayakan menanam. Walau sedikit tapi percayalah itu bermanfaat. Waduh jadi ajang curhat ya,... sory mamen terlalu bersemangat menyampaikan bahwasanya bercocok tanam itu mulia hihihihi. Oke kita langsung ke pembahasan saja mengenal sedikit tentang hidroponik.
Hidroponik masuk ke indonesia sekitar tahun 1970 sebagai materi pembelajaran di Universitas Gajah Mada dan belum banyak di kenal masyarakat. Kemudian di tahun 1980 ahli pertanian Cipanas Jawa Barat Lin Hasim menggunakan teknik hidroponik untuk tanaman hias. namun ini di apikasikan di Singapura. Hidroponik baru mulai banyak dikenal masyarakat pada tahun 2012 setelah adanya pengembangan hidroponik tanpa atap di tahun 2010 oleh Kunto Herwibowo di cupat tanggerang
Hidroponik berasal dai kata Hydro yang memiliki arti air dan ponos adalah daya atau tenaga, dapat disimpulkan hidroponik adalah bercocok tanam yang menggunakan air tanpa media tanah. Untuk pengaplikasiannya sebenarnya tidaklah sulit dan tidak juga terlalu mudah, semua bergantung dari kemauan kita. Bercocok tanam bisa dikatakan sebagai media komunikasi, bagaimana cara kita mengenal, memperhatikan dan memberikan apa yang diperlukan tanaman, jika kita sudah mengenal dan paham betul apa yang dibutuhkan tanaman tersebut maka pastinya kita akan mendapatkan sebuah tanaman yang baik dan sehat.
Ada 3 tekhnik hidroponik yang sangat populer saat ini, dan banyak digunakan di Iindonesia :
- WICK SYSTEM (SUMBU), System ini merupakan sistem yang paling mudah dan murah kita bisa memanfaatkan barang bekas untuk sistem tanam ini. Tanaman di tgantung dan dibery sumbu yang fungsinya untuk menyerap air yang telah d campur nutrisi tanaman. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar di bawah.
- NFT (NUTRIENT FILM TEHNIQUE), Dalam sistem irigasi hidroponik NFT (Nutrient Film Technique), air dialirkan ke deretan akar tanaman secara dangkal. Akar tanaman berada di lapisan dangkal yang mengandung nutrisi sesuai dengan kebutuhan tanaman. Perakaran dapat berkembang di dalam nutrisi dan sebagian lainnya berkembang di atas permukaan larutan. Aliran air sangat dangkal, jadi bagian atas perakaran berkembang di atas air yang meskipun lembab tetap berada di udara. Di sekeliling perakaran itu terdapat selapis larutan nutrisi.
- SYSTEM DRIP (IRIGASI TETES), Merupakan sistem yang paling luas digunakan di dunia. Sistem ini adalah pengembangan dari Drip Irrigation (Irigasi tetes) dimana tanaman disiram dengan cara meneteskan air. Modifikasi yang dimaksud adalah, pada Sistem Fertigasi, tanaman tidak hanya diberi pengairan berupa tetesan air saja, tetapi air yang diteteskan juga dicampur dengan nutrisi.
Untuk lebih jelas dan lebih detailnya akan kita bahas pada pembahasan berikutnya, semoga postingan ini bisa bermanfaatkan untuk kita bersama.
No comments:
Post a Comment